Selasa, 09 Maret 2010

PROSES MENANGKAP TUYUL

Bila di lingkungan rumah Anda resah karena banyak orang merasa kehilangan uang atau barang tanpa diketahui siapa yang mengambilnya, maka boleh dicurigai disekitar Anda ada tuyul. Sehingga ada baiknya dilakukan penangkapan atau menjerat tuyul.

Proses penangkapan hendaknya dilakukan bersama-sama para tetangga disaksikan oleh masyarakat. Selanjutnya dicari orang-orang yang dicurigai sebagai pemilik tuyul. Adapun cara menangap tuyul sebagai berikut: Sediakan seekor yuyu (kepiting darat), dlingu bengle (salah satu bahan jamu tradisional) biasanya tersedia di pasar tradisional/penjual jamu tradisional secukupnya. Bawang putih jantan dan Jahe secukupnya. Bunya mawar atau melati.

Pada malam SELASA KLIWON ATAU JUMAT KLIWON datangi orang yang dicurigai memiliki tuyul. Kepiting dan bunga diikat tali. Sementara jahe, bawang putih dan dlingu bengle dikunyah sampai halus kemudian semprotkan dengan mulut di depan masuk rumah. Pegang pucuk tali yang mengikat kepiting dan bunga, goyangkan perlahan dan mohon bantuan kepada Allah agar proses menangkap tuyul ini berhasil.

Bila orang tersebut memang memelihara tuyul, maka tuyulnya akan datang tunduk dan patuh mengikuti perintah Anda. Tangkaplah tuyul itu untuk dipertunjukkan kepada para warga dan laksanakan musyawarah bersama para tokoh masyarakat untuk memutuskan sanksi sosial bersama-sama. Ini agar pemilik tuyul itu jera dan tidak mengulangi perbuatannya.

CATATAN: Bila Tuyul tersebut disakiti, maka pemelihara tuyul juga akan merasakan kesakitan yang hebat. Untuk mempraktekkan penangkapan tuyul, Anda bisa mencoba kemampuan menangkap tuyul itu. Cari tempat paling mudah tuyul ditemukan, misalnya di pasar tradisional. Kebanyakan pasar tradisional adalah daerah beroperasinya pencurian oleh tuyul. Untuk para pemilik tuyul, segera bertobat dengan melepaskan tuyulnya. Bila tidak, maka hati-hati dengan para siswa paguron jagad maya KAMPUS WONG ALUS yang siap-siap untuk menelanjangi kejahatan Anda.

MEMELIHARA TUYUL


Jenis makhluk halus anak-anak ini bisa di minta untuk mencari atau lebih pasnya mencuri uang. Bila Anda mencari dan mampu memeliharanya, Anda tidak usah repot repot bekerja siang dan malam. Cukup menyediakan semua keperluan si tuyul, uang pun mengalir lancar.

“Ketika KKN berjalan 1 minggu di tahun 1994 di daerah Panceng, Gresik, saya terpesona dengan adanya satu gunung yang berkesan angker, dan itu tampak dari kejauhan. Karena penasaran, pada minggu ke 3 (dari jadwal 8 minggu), saya mengiyakan ajakan teman untuk bermain-main di gunung tersebut, dan ternyata memang benar dugaan saya, banyak aura mistis yang mengitari gunung tersebut, yang paling menarik adalah adanya kerajaan tuyul, mencari tuyul amat mudah di sini.. …”

Itu adalah pengalaman seseorang yang kebetulan memiliki indera keenam yang menceriterakan adanya tempat berkumpulnya tuyul di sebuah perbukitan Surowiti, Desa Surowiti, Kecamatan. Panceng, Kabupaten Gresik atau sekitar 15 kilometer dari wisata tanjung kodok, Lamongan, Jawa Timur.

Ada lagi iklan di surat kabar sebagai berikut: “Ditawarkan tuyul yang memiliki kemampuan mencuri uang atau perhiasan, Tuyul yang kami tawarkan adalah tuyul dari spesies khusus yang kami dapatkan dari Desa Krucuk, Kabupaten Klaten. Tuyul ini kira-kira tingginya 5cm – 6cm, tuyul ini dapat dilihat dan diajak ngobrol oleh majikannya saja. Bagaimana merawatnya? Mudah sekali, tuyul ini tidak merepotkan karena tuyul ini tidak membutuhkan kamar khusus atau mainan anak-anak. Tuyul ini hanya butuh lima tetes darah manusia golongan O atau AB. Harga maharnya kami patok 5 Juta.”

Tuyul hidup di berbagai tempat yang angker dan yang paling disukai adalah ditempat-tempat yang jauh dari rumah-rumah ibadah. Di sisa-sisa reruntuhan bangunan tua, maupun di tempat-tempat yang dikeramatkan orang.

Tuyul, adalah salah satu jenis mahluk halus berwujud anak-anak balita. Sebenarnya, tuyul ini tidak ingin dipekerjakan oleh manusia. Dia hanya bermain-main, sama seperti sifat khas yang dimiliki anak kecil yang suka iseng dan ingin mencoba segala hal sebagaimana balita pada umumnya.

Nah, ini lagi repotnya manusia. Sudah mengerti masih anak anak kok tega-teganya dipekerjakan? Apa ini bukan melanggar hukum alam wadag maupun gaib? Jelas melanggar, sehingga pasti nantinya si manusia dan juga si makhluk halus ini mendapatkan akibat dari tidakan melanggar hukum.

Dengan sebuah ritual khusus seorang paranormal menembus wahana gaib dan kemudian berkomunikasi dengan sang tuyul. Ada kesepakatan antara dua makhluk Tuhan ini bila masing-masing mau dan saling membantu. Bila permufakatan sudah oke, maka masing-masing pihak harus tahu diri dan mentaati aturan yang berlaku.

Salah satu yang diminta oleh tuyul adalah “tumbal”. Ini memang syarat utama dalam permufakatan tersebut. Tumbal dalam pesugihan ini bisa bermacam-macam tergantung permufakatan. Namun biasanya, bila tuyulnya profesional maka dia akan meminta tumbal kematian dari para sahabat, saudara, bahkan anak-anaknya sendiri.

Ada pula jenis pesugihan lain yaitu Nyi Roro Kembar Sewu dimana tumbal yang dimintanya bukan kematian, tetapi si tumbal akan menjadi gila atau lebih tepatnya berprilaku seperti anak idiot. Ini dikarenakan bertukarnya jiwa si tumbal dengan salah satu anak dari Nyi roro kembar sewu yang harus dirawat dan diasuh layaknya anak sendiri. Jenis pesugihan ini sangat rumit. Nyi Roro Kembar Sewu hanya meminta jiwa seorang lelaki dewasa dengan ciri-ciri husus, lelaki ini biasa di sebut dengan sebutan “lanang panduso”.

Salah satu yang diminta tuyul adalah sebuah ruangan atau kamar khusus. Seperti ritual-ritual pesugihan lain, ritual ini juga mewajibkan si pelaku pesugihan untuk menyediakan kamar khusus di dalam rumah. Di dalam kamar, perlu dipersiapkan satu ranjang tempat tidur lengkap dengan kelambunya. Satu meja tempat sesaji dengan ukuran tinggi meja kurang lebih setinggi lutut. Tempat uang seperti bakul tempat nasi. Di dalam kamar khusus ini warna hijau haruslah dominan dari warna lainnya pada seprei, sarung bantal, kelambu, taplak meja dan sebagainya dengan warna hijau.

Salah satu yang perlu disediakan dalam kamar adalah adanya dolanan anak-anak, seperti cermin, dakon, boneka-boneka kayu dan lain-lain. Tuyul juga sangat suka untuk diajak gojek dan bermain-main. Setiap hari, pemelihara tuyul diharapkan agar membawa tuyulnya berjalan-jalan agar si tuyul kerasan dan senang.

Setiap hari, kita harus memberinya makan berupa bubur yang merupakan makanan pokok mereka, serta sesajen dan kemenyan. Tuyul bekerja pada seorang majikan sebenarnya karena terpaksa karena tuyul sebenarnya masih belum ingin bekerja, dia memiliki sifat yang sama dengan balita pada umumnya yang ingin bermain.

Adapun tuyul memiliki sifat yang sama seperti anak-anak normal biasa dimana dia harus mencari induk semang sebagai ibu kandungnya. Si induk semang perlu memperlakukan dia sebagaimana anaknya sendiri, bahkan harus rela untuk lebih mencintai tuyul dibanding anaknya sendiri. Tuyul oleh karena itu juga perlu diberi air susu dan kebutuhan-kebutuhan biologis yang lain.
Salah satu khasanah mistik lain di dunia pertuyulan adalah istilah memet. Memet adalah tuyul dari jenis yang lebih pintar dan bentuk berbeda dengan tuyul kebanyakan. Memet memiliki dua buah taring sementara tuyul biasa tidak ada. Selain itu, memet dapat berlari lebih cepat dari pada tuyul biasa. Paranormal biasanya mengakui sulit untuk menangkap memet karena sifatnya yang gesit ini.

Tip dan teknik memiliki tuyul di antaranya: Jangan menyuruh mencuri uang di Bank karena di setiap bank telah ada perewangan atau jin penjaganya. Jangan menyuruh mencuri uang di lingkungan tempat tinggal kita karena jika ada tetangga yang tahu kita bisa malu dibuatnya. Jangan menyuruh mencuri uang di toko emas karena di setiap toko emas terdapat jimat tolak bala. Suruhlah mencuri di tempat perbelanjaan /mall atau ATM yang ada di mall karena ditempat seperti itu banyak peluang dan aman dari pagar gaib.

KESIMPULAN
Kesepakatan antara manusia dan makhluk halus selalu saja ada untung ruginya. Untungnya, manusia bisa kaya mendadak dan tanpa kerja keras dan banting tulang. Tuyul setiap hari sudah menyediakan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup kita. Dengan kekayaan, status sosial akan cepat meningkat dan bisa membeli “kebahagiaan” termasuk menjadi politikus terpandang, juga wanita cantik, seksi dan aduai yang selama ini diidam-idamkan.

Namun kerugiannya yaitu orang yang memelihara tuyul akan mendapatkan kesulitan saat menjelang ajal. Dia akan sekarat yang lama dan rasa sakit yang luar biasa, sebuah kematian yang pelan-pelan dan sangat menyakitkan. Hukuman dunia lain pun juga tidak kalah mengerikan. Anda juga perlu waspada dengan hadirnya orang-orang waskita dan sakti yang siap untuk berperang dan membuat celaka hidup Anda. Maka, waspadalah..waspadalah dan waspadalah!

Ditinjau dari segi religiusitas, mereka yang memelihara tuyul akan mendapatkan kerugian. Pertama, pemelihara tuyul jauh dari prinsip-prinsip spiritualitas yang harusnya dipegang teguh seperti harus sabar, nrima, eling dan waspada. Menjauh dari prinsip spiiritualitas lintas agama, akan mengakibatkan kita hidup di dalam pusaran energi dunia yang tiada berujung pangkal. Keruwetan demi keruwetan harus ditanggung demi untuk memenuhi keinginan. Keinginan sifatnya sementara, karena setelah satu keinginan terpenuhi akan muncul keinginan baru yang lebih besar. Bila kita tidak memiliki kendali atas keinginan, otomatis kita selalu merasa miskin dan ini siksaan batin.

Kedua, Tuhan tidak akan memberi kemuliaan hidup bagi manusia yang tidak mau berusaha keras. Berpangku tangan menunggu datangnya uang setoran dari para tuyul ibarat menunggu datangnya rahmat dan hidayah Tuhan tanpa siap untuk bersusah payah. Ingat Serat Wedhatama: ngelmu iku kalakone kanthi laku.


TUYUL: CARA MENDAPATKANNYA

Ada banyak tempat yang banyak tuyulnya. Tempat yang banyak tuyul saya contohkan yaitu di sepanjang pantai selatan pulau Jawa. Memiliki tuyul akan membuat Anda kaya raya. Sebab setiap hari uang akan mengalir ke lemari pakaian tanpa harus bersusah payah untuk bekerja keras banting tulang. Ada banyak cara memanggil tuyul. Pada kesempatan kali ini, akan dipaparkan cara sebagai berikut:

Caranya pertama: Kita cari tanggal kematian dari seorang bayi yang meninggal dalam kandungan/ belum sempat lahir ke dunia dan kemudian ikuti langkah berikut ini.

Bahan: satu gentong air dan nyalakan lilin di atasnya. Masukkan yuyu/kepiting kali dan masukkan di dalam gentong. Sediakan pula air pancuran, janur kuning (3 helai) dan rambut (9 helai).

Selanjutnya Anda telanjang duduk bersila di depan gentong berisi air yang sudah ada yuyu dan air dari pancuran terus mengucur. Panggil dia dengan mantra berikut ini:

“Tak cepakke dolananmu
Tak sogati pekaremanmu,
Mreneyo dadi anakku (
ini bila ingin memelihara. Kalau sekedar ingin ketemu, ucapannya: mreneyo dadi kancaku)
Ojo nesu, ojo mlayu yen ora podo karo kekarepanmu lan pekaremanmu
Iki aku ….. (
sebutkan nama Anda) sing arep dadi Bapa mu!
(
ini bila ingin memelihara. Kalau sekedar ingin ketemu, ucapannya: sing arep dadi kancamu)”

Mantra ini adalah cara Anda paling mudah melakukan kontak batin dengan tuyul.

Cara kedua, Anda tidak perlu mendapatkan tanggal kematian dari seorang anak kecil yang belum sempat lahir ke dunia dan langsung menyediakan bahan dan mengikuti langkah sebagaimana di atas.

Dua langkah di atas ada bedanya. Langkah pertama, kita akan mendapatkan jenis tuyul yang lebih hebat, lebih gesit dan susah ditangkap dari tuyul yang kita dapatkan dari langkah kedua.

Tuyul akan datang menerima Anda dan Anda perlu mempersiapkan diri untuk memeliharanya. Mohon persiapkan diri agar tidak kaget saat berdatangan makhluk-makhluk kecil setinggi botol. Bila Anda ingin memiliki tuyul, segera pilih salah satu yang Anda anggap paling bagus.

Sediakan kamar kosong dan beri sesajen setiap hari seperti Anda memiliki anak kecil dan letakkan tuyul itu di sana. Selain untuk mencuri uang, Tuyul juga bisa membisikkan apa yang ia tahu dan apa yang anda ingin tahu sehingga ramalan Anda menjadi sangat tepat. Banyak dukun mahir mempraktekkan ilmu ini. Meskipun tuyul tidak mempunyai kesaktian besar, bantuannya bisa membuat Anda menjadi kaya dan ramalan Anda akan jitu.

CATATAN:
Ini hanya sekedar pengetahuan saja. Silahkan dipraktekkan namun tuyul yang sudah datang tidak usah dipegang dan dipelihara karena resikonya tinggi (baca: artikel “ memelihara tuyul” di blog ini). Bagi para penjual tuyul mohon maaf karena saya telah membuka “rahasia” mendapatkan tuyul.

Senin, 01 Maret 2010

KHASANAH MISTIK: ILMU KEBAL

    Kepercayaan pada kekebalan menyebar di berbagai wilayah Indonesia. ilmu tersebut banyak digunakan tokoh nasional semasa revolusi. dalam islam, kekebalan masih diragukan keberadaannya.

Peristiwa Mbah Suro tahun 1967 di Nginggil dan peristiwa Lampung adalah dua peristiwa nasional tentang kekebalan. Benarkah ada manusia tak mempan ditembak, dibacok, atau dibakar? Guru kekebalan mensyratkan dikubur hidup-hidup 3 hari untuk menjadi manusia super. Toh ia rontok kalau disabet daun kelor atau digores padi.

Sungguh fantastis. Meski peluru petugas memberondong, para perusuh itu malah maju, dan maju dan sangat dekat. Beberapa orang di antara mereka malahan berteriak, “Ayo, tembak lagi.” sambil menunjukkan peluru yang tak menembusi tubuhnya. Pertempuran berlangsung makin seru dan aneh. Akhirnya, gelap malam melilit kawasan yang rawan itu. Dalam kesunyian, beberapa orang tampak terkapar, tewas. Mereka adalah sebagian dari orang-orang yang kabarnya: tak mempan peluru. Yang lain telah mundur, menyusup ke hutan Gunung Balak. “Kebal”, kata itu kemudian melompat dari mulut ke mulut, penduduk Lampung. Apa sebenarnya yang telah terjadi? Berapa sebenarnya jumlah korban? Bentrok tentara dengan sekelompok orang — oleh pemerintah disebut “GPK Warsidi” — memang mengagetkan. Bisa membikin orang tersedak.

Peristiwa itu telah menjadi pembicaraan hangat. Khusus persoalan “kekebalan”, Pangdam Sriwijaya Mayor Jenderal Sunardi berkata, “Ah, kebal apa. Buktinya mereka ditembak, ya, mati.” Pernyataan Pak Mayor Jenderal itu benar. Tetapi masyarakat masih meyakini bahwa Warsidi dan sejumlah anak buahnya memang mempunyai ilmu kebal. Dengar saja penuturan Bambang Saputro, tukang ojek di Way Jepara, Lampung. Ia mengaku menyaksikan dengan “mata kepala” sendiri keanehan tersebut. Dialah orangnya yang mengantar petugas ke sana. Di Talangsari, ia melihat bagaimana Kapten Sutiman, Danramil Way Jepara, menembak langsung orang-orang itu, namun, kata Bambang, “Mereka yang ditembak tidak apa-apa.” Malah kemudian Sutiman yang tewas, terhunjam anak panah.

Suprapto, Kepala SMA Muhammadiyah Sidorejo di Lampung, percaya soal kekebalan dalam kasus GPK Warsidi itu. Ia mendengarkan kisah semacam dari sejumlah saksi mata: bahwa Jamjuri (ini juga anggota GPK Warsidi) tak terlukai peluru. Padahal, Serma. Sudargo telah menembaki Jamjuri hingga peluru habis. Hasilnya hanya luka tak berarti pada kaki Jamjuri, sedang nyawa Sudargo sendiri melayang lantaran dikeroyok. Benarkah ada orang kebal? Dalam sejarah Indonesia, bertaburan kisah kekebalan. Pada perlawanan “Barisan Bambu Runcing” atau “Barisan Muslimin Temanggung” terhadap tentara NICA dan Sekutu, misalnya. Siapa pun yang terlibat pada masa itu pasti mengenal nama Kiai Subkhi.

Seorang kiai yang — menurut K.H. Muhaiminan Gunardho dari Parakan, Jawa Tengah “selalu berada di depan jika menyerang musuh.” Ketika itu, seruan takbir sahut-menyahut. Rakyat bergelombang-gelombang menyerang Belanda yang bersenjata lengkap, cuma dengan senjata bambu runcing. Tetapi toh mereka maju terus. Termasuk Kiai Subkhi yang menjadi pucuk pasukan. Kendati demikian, kiai asal Parakan, Temanggung, itu selamat.

Menurut Muhaiminan, bukan hanya Kiai Subkhi yang tidak apa-apa. Semua orang yang memegang bambu runcing — seperti Pak Kiai — memang kebal. Tentu saja senjata itu bukan sembarang bambu yang diruncingkan lalu dibawa maju perang. Melainkan bambu runcing yang sudah “diisi” atau istilah lainnya “disepuh”. Yang bertugas menyepuh adalah Kiai R. Sumomihardho, ayah Muhaiminan. Namun, sebelum bambu runcing yang bakal dipakai untuk melawan penjajah itu disepuh, pembawanya harus menghadap tiga kiai lain. Yakni K.H. Abdur Rohman, Kiai Ali, dan K.H. Subkhi. Kiai Abdur Rohman akan memberi nasi manis — nasi yang ditaburi gula putih — pada para prajurit amatiran itu. Ini bukan nasi buat mengenyangkan perut, tapi sebuah asma, yang kadang juga disebut isim. Semacam jimat yang dalam hal ini untuk kekebalan. Kiai Ali memberi asma air wani (wani = berani), yang membikin orang-orang itu menjadi berani dan tak capek-capek. Sedang Kiai Subkhi mengajarkan hafalan doa.

Bismillahi bi aunillah. Allahu ya khafidhu. Allahu Akbar. Masing-masing dibaca tiga kali, lalu menyandang bambu runcingnya. Dengan bimbingan para kiai itu, rakyat bertempur habis-habisan. Ini nampaknya peristiwa sepele. Sebab, tak tercantum dalam buku sejarah — yang memang hampir tak pernah menulis gerakan rakyat. Tetapi banyak tokoh nasional yang telah memanfaatkan jasa para kiai itu: agar memperoleh kekebalan dan keberanian dalam masa revolusi.

Tak kurang dari Jenderal Soedirman, menurut Muhaiminan, pernah datang ke Parakan guna menyepuhkan bambu runcing untuk “Palagan Ambarawa” — pertempuran di Ambarawa. Selain itu, masih ada sederetan nama lain. Misalnya Wongsonegoro (dulu Gubernur Jawa Tengah), Roeslan Abdul Gani, K.H. Wahid Hasyim, Moch. Roem, juga Kasman Singodimedjo. Kiai Muhaiminan, yang menikahi cucu Kiai Subkhi, amat berkesan dengan kekebalan cara Parakan yang banyak menyumbang jasa bagi berdirinya republik ini.

Maka, Pak Kiai pun menamai pesantren yang kini diasuhnya dengan sebutan Pondok Pesantren “Kiai Parak Bambu Runcing.” Cerita kekebalan juga memerciki peristiwa G30SPKI. Dalam kisah ini, bukan para kiai yang jadi peran utama, tapi justru dari kalangan kaum abangan PKI. Mereka yang ditumpas. Seorang yang dulu santri di pesantren daerah Kediri berkisah. Ia sempat menjadi anggota Banser Barisan Serba Guna, yang banyak membantai PKI. Satu saat ia dan kawan-kawannya berhadapan dengan orang-orang PKI yang dijejerkan untuk dieksekusi. “Saya yang mendorong orang-orang itu satu per satu,” paparnya.

Setiap orang PKI yang didorong langsung disambut dengan tebasan pedang algojo. Potongan kepala dan tubuh mereka pun mengotori aliran Sungai Brantas, menggemukkan ikan-ikan di sana. Tiba-tiba para anak muda yang tengah “menumpas” itu menjumpai keganjilan: salah seorang PKI tak mempan dibacok. “Bunyinya trang …, seperti besi yang beradu,” kata santri itu mengenang. Algojo jadi kebingungan. Sesaat kemudian ia meletakkan pedangnya. Lalu menerkam leher korban dan menggiyit tenggorokannya hingga putus. Cerita kekebalan di sekitar peristiwa 1965 terasa semakin hebat lantaran bumbu pengisahannya.

Di Bali, ada yang terpaksa dimintai baik-baik untuk melepaskan nyawanya, karena tak mempan dieksekusi. Memang ajaib. Begitu juga pada eksekusi Mbah Kahar di Pulung, Ponorogo, Jawa Timur. Daerah yang terkenal karena reog serta warok — jagoan setempat. Atau pada mitos Mbah Suro dari Nginggil, desa tepian Bengawan Solo di perbatasan Jawa Timur-Jawa Tengah. Banyak beredar bumbu yang membaurkan antara mimpi, dongeng, dan kenyataan yang konkret. “Mbah Kahar tidak mempan ditembak maupun dipenggal kepalanya,” kata Mislan, yang mengaku menjadi algojo Kahar. Petugas pun bingung. Lalu menyerahkan tugas itu pada Mislan. Sebab, ia juga kebal setelah “bertapa di sebuah gua”. Dengan pedangnya, ia menetak leher Mbah Kahar yang duduk bersila. Dell…, kepala putus, menggelinding sekitar lima meter. Namun, kata Mislan, ajaib. “Pelan-pelan kepala itu menyatu kembali dengan tubuhnya.”

Suasana kacau. Sebab, tak ada lagi orang setempat yang dianggap melebihi “ilmu” Mislan. Algojo itu kemudian mencoba lagi. Begitu kepala korban putus, Mislan membawa kepala itu menyeberangi sungai. Kedengarannya seperti cerita komik. Kalau cerita Mislan benar, Mbah Kahar (juga Mislan) jelas lebih hebat ketimbang Mbah Suro. Tahun 1967, Mbah Suro mencoba membangkitkan PKI. Konon, dukun itu dan pasukannya tak mempan tembakan dan bacokan, asal memakai piandel barang yang diandalkan. Yakni pakaian hitam-hitam, kolor (ikat pinggang Jawa), dan kenthes (pentungan). Setelah geger PKI, ribuan orang berdatangan ke rumah Mbah Suro, mengharap keselamatan. Maka, daerah hutan jati yang kering dan minus itu menjadi semarak. Setiap pendatang pasti membeli tiga piandel, dan minum air dari Gentong Kemiri, agar tak mempan peluru bedil.

Padahal, menurut Mbah Sumi — adik kandung Mbah Suro, semua itu akal-akalan bisnis penduduk setempat. Mbah Suro sebenarnya “hanya dukun biasa”. Kepentingan bisnis dan kepercayaan bercampur baur. Ketika ribuan orang PKI telah dibantai, para pengikut Mbah Suro masih berteriak gagah, “hidup PKI!” Anak-anak, yang berharap agar diberi uang, menjawab, “hidup!” Dengan hanya bersenjatakan kenthes, pasukan hitam-hitam itu berani menghadapi petugas yang menggerebeknya. Pertempuran pecah. Lalu Mbah Suro menyerah. Untuk keperluan eksekusi, dukun itu harus menanggalkan pakaian hitamnya dan mengganti dengan sarung hijau.

Sejenak setelah kematian Mbah Suro, cerita tentang orang kebal pun surut. Namun, rupanya mustahil pupus sama sekali. Pada kenyataannya, kisah kekebalan juga sering menjadi catatan kaki riwayat para tokoh sejarah. Masuk dalam perbincangan, tak soal, apa benar atau sekadar musik pengiring. Tak kurang dari tokoh Teuku Umar, misalnya. Masyarakat Aceh meyakini, tokoh itu tak mungkin ditembus peluru. Begitu kental keyakinan itu. Maka, konon, Belanda sampai merasa perlu membuat peluru emas buat membunuhnya. Eros Djarot juga tak menyingkirkan cerita “peluru emas” itu untuk filmnya, Tjoet Nja’ Dhien. Bung Karno, di mata pengagum fanatiknya, juga kebal. Berulangkali ia menghadapi percobaan pembunuhan, dan… lolos.

Misalnya dalam peristiwa Cikini, atau sewaktu ditembak saat sembahyang Idhul Adha. Lima puluh tahun lagi, siapa tahu cerita di sekitar percobaan pembunuhan itu tumbuh terus, berbunga-bunga. Nama lain yang dianggap memiliki keistimewaan demikian adalah Kahar Muzakar dan Supriadi. Hingga kini, sejumlah penduduk pedesaan Sulawesi Selatan sulit percaya bahwa Kahar sudah lama tewas ditembak. Mereka mengganggap, Kahar masih berkelana entah di hutan sebelah mana. Sedang Supriadi, tokoh pemberontakan Peta di Blitar, bukan hanya dianggap kebal, tapi juga bisa menghilang, raib, tanpa kembali lagi. Manusia Indonesia di masa lalu agaknya sangat akrab dengan soal kekebalan. Di Indragiri Hulu, Riau, Haji Bustami — sebelum bertobat dan menunaikan ibadah haji — mengaku pernah kebal, bisa menundukkan harimau, dan punya tenaga yang mampu untuk mengangkat seekor kerbau. “Ilmu itu saya peroleh dari orang Sakai,” ujarnya.

Sakai adalah suku terasing di Sumatera. Di Kalimantan, suku Dayak sering dibayangkan sebagai orang yang menakutkan. Bukan saja lantaran sumpit beracunnya. Tetapi juga karena ilmu-nya. Masyarakat Kajang yang bermukim di kaki Pulau Sulawesi juga dianggap mempunyai ilmu yang lebih dari sekadar kebal. Di Bali ilmu kekebalan — di sana disebut ilmu kanuragan — juga masih diperdalam. Basisnya tentu saja ajaran Hindu, dengan latihan yoga. Ketika seseorang telah mencapai puncak pemusatan, pengekangan, dan pengaturan pikiran — menurut Anak Agung Putu Suwela, 65 tahun, dari Perkumpulan Raja Yoga Kumala Bhuana, Denpasar — “semua pancaindria akan mati. Tak ada sakit, tak ada panas, tak ada dingin.” Pada tingkat itu, orang luar akan melihat ahli yoga yang demikian ini kebal senjata tajam dan api.

Mencapai tingkat itu tidak gampang. Suwela sendiri baru merasa mantap dengan yoga setelah belajar selama 24 tahun. Ketika seseorang mencapai kesempurnaan, dalam ilmu kebal versi yoga, orang bukan saja tak mempan senjata dan api, juga mampu melihat sesuatu yang bakal terjadi. Plus bisa mengobati orang sakit. Persoalannya adalah, siapa yang tahan bertahun-tahun belajar yoga? Di Bali ada pertunjukan Barong vs Rangda yang diakhiri dengan menikam Rangda bertubi-tubi, dilanjutkan dengan orang mencoba menusukkan keris ke tubuhnya. Namun, dada tak tembus, perut tak sobek. Darah tak mengalir. Lihat juga para penari “Sangyang Jaran” yang kesurupan itu. Bara api pun diinjak-injak dengan kaki telanjang sehingga butir merah memercik-mercik. Sampai sekarang masih bisa dinikmati.

Bagaimana menjelaskan semua itu? Suwela mengatakan, Barong Keris itu bisa dimainkan oleh siapa pun yang kemudian trance dan dikendalikan orang lain yang berilmu. Serupa ini adalah Kuda Lumping dari daerah sekitar Jawa Tengah dan Cirebor. Atau debus dari daerah Banten dan Minangkabau. Inilah satu sisi lain ilmu kebal: seni. Ilmu kebal juga dikejar oleh para peminat seni bela diri. Hampir semua aliran pencak silat di Indonesia meletakkan ilmu kebal atau tenaga dalam di puncak latihannya. Saat ini, sebagian besar peminat ilmu kebal adalah anggota ABRI. Ini diakui oleh para guru seperti halnya Kiai Salik di Banten atau Zen di Jepara. Mislan malah mengaku ikut menyiapkan satu batalyon marinir yang hendak bertempur di Timor Timur (lihat Bisnis Ilmu Kebal). Kepercayaan pada kekebalan menyebar di berbagai wilayah Indonesia, pada berbagai latar belakang etnis maupun agama. Ada ilmu kebal yang ber-setting sangat Jawa, ada yang sangat Dayak.

Ada yang berwajah Islam, Hindu, atau bahkan ada juga Katolik — misalnya pada anggapan bahwa Slamet Riyadi kebal karena membawa rosario (tasbih). Di Jawa, wesi kuning atau kol buntet adalah nama-nama ajimat yang sangat dicari untuk kekebalan pemiliknya. Sedang pada kalangan hitam, para maling dan perampok, aji poncosuno bumi laku keras seperti halnya aji welut putih yang bermanfaat untuk “menghilang”. Konon, bila seseorang punya poncosuno bumi, kalau dibunuh ia akan hidup lagi pada saat tubuhnya menyentuh tanah. Selain itu, cara kebal yang lebih berbau agama banyak disebut dalam berbagai buku mujarobat yang dijual di kaki-kaki lima.

Yang disebut buku-buku itu, antara lain, sepenggal ayat Quran (Surat An-Naml) yang dituliskan pada kulit kijang, lalu dibungkus dengan kulit lembu, dan dipakai untuk ikat pinggang. Para kiai juga sering memberi berbagai bentuk isim, yang semata berbahasa Arab atau campuran bahasa Jawa. Yang agak jauh dari kesan perdukunan adalah yang dipakai anggota GPK Warsidi. Seorang anggota GPK Warsidi mengungkapkan: mereka memperoleh kekebalan setelah menjalani sejumlah amalan. Di antaranya dengan i’tikaf di masjid selama 40 hari terus-menerus. Pada saat itu mereka hanya boleh makan nasi putih sepiring kecil setiap hari. Juga selalu bersalat tahajud di penghujung malam, serta membaca wirid. Adapun wirid-nya antara lain Surat Yassin ayat 89 Al-Maidah ayat 67, Al-Baqarah ayat 3, dan At-Taubah ayat 2. Dengan itu, menurut mereka, “kami betul-betul mendekatkan diri pada-Nya.”

Bila mereka lulus dari tempaan 40 hari itu, dan tidak memakan barang haram (misalnya dari duit korupsi), “karamah akan datang melindungi kami dari serangan musuh.” Kalaupun toh mati juga, begitu keyakinan mereka, itu “mati syahid”. Tak jelas, apakah ada riwayat Nabi yang dijadikan pegangan untuk soal kekebalan diri. Kalaupun ada, tentu hanyalah hadis yang masih dipertanyakan kesahihan atau keautentikannya. Nabi Muhammad pun luka dan berdarah sewaktu hijrah ke Thaif, ditimpuki batu oleh penduduk setempat. Juga pada Perang Uhud. ***

DOA NABI KHIDIR AS

DOA NABI KHIDIR AS;
DOA MENOLAK BALA BENCANA DAN BAHAYA

بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَّى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
دُ عَاء الفرَج لِسَيِِّدِنَا الخِضِرْ عَلَيْة السَّلاَم

اَللَّهُمَّ كَمَا لَطَفْتَ فِى عَظَمَتِكَ دُونَ اللّطَفَاءِ وَعَلوْتَ بِعَظَمَتِكَ عَلَى الْعُظَمَاءِ ، وَعَلِمْتَ مَاتَحْتَ أَرِضِكَ كَعِلْمِكَ بِمَا فَوْقَ عَرْشِكَ ، وَكَا نَتِ وَسَاوسُ الصدورِ كَاْلعَلاَ نِيَّة عِنْدَكَ ، وَعَلاَ نَّيِةُ اْلقَوْلِ كَالسَّر فِى عِلْمِكَ ، وَانْقَادَ كُلُّ شَىْء لِعَظَمَتِكَ ، وَخَضَعَ كُلُّ ذِى سُلْطَانٍ لسُلْطَانِكَ ، وَصَارَ أَمْرُ الدُّنْيَا والاَخِرَةِ كُلُّه بِيَدِكَ . اِجْعَلْ لِى مِنْ كُلَ هَمٍ أَصْبَحْتُ أَوْ أَمْسَيْتُ فِيهِ فَرَجَا وَمَخرَ جَا اللَّهُمَّ إِنَّ عَفَوَكَ عَنْ ذُنُوبِى ، وَتَجَاوَزَكَ عَنْ خَطِيئَتىِ ، وَسِتْركَ عَلَى قَبِيحِ عَمَلِى ، أَطمِعْني أَنْ أَسْألَُكَ مَا لاَ أَسْتَوْجِبُهُ مِنْكَ مِمَّا قَصَّرْتُ فِيهِ ، أَدْعُوكَ اَمِنا وَأَسْأ لك مُسْتَأنِسَا . وَإِنَّكَ الْمحْسِنُ إِلَّى ، وَأَنَا الْمُسِى إلى نَفْسِى فِيِمَا بَيْنِى وَبَيْنَكَ ، تَتَوَدَدُ إِلىَّ بِنِعْمَتِكَ وَأَتَبَغَّضُ إلَيْكَ بِالْمعَاصِى وَلَكِنَّ الثَّقَةُ بِكَ حَمَلَتْنِى علَى الْجراءَةِ عَلَيْكَ فَعُدْ بِفَضْلِكَ وإحْسِانِكَ عَلَي إِنَّكَ
أَنْتَ التَّوِابُ الَّرَحِيم وَصَلَ الله ُعَلَى سَيِدِنَا مُحَمَّدٍ وَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

***Gus Bay***

AMALAN PATIGENI


Niat ingsun patigeni
Asirep rapet maring geni lan sinar
Aku bali maring pepeteng
Kadyo purwaning dumadi mring alam luwung
Sajroning guwo garbaning sang ibu
Sedulur papat limo pancer
Tumekaning sang jabang bayine
kakang kawah adi ari-ari,
kiblat papat limo pancer
Nyawiji mring ngarsane Gusti
Niatku patigeni

Rapal di atas adalah rapal untuk memulai laku patigeni. Patigeni adalah laku untuk mendapatkan petunjuk dan hidayah dari Allah SWT sebagaimana yang dijalani oleh para leluhur di tanah Jawa, dan dijalani langsung oleh Sunan Kalijaga.

Kenapa harus patigeni? Dalam hidup kita, terkadang kita merenungkan apakah perjalanan hidup yang kita jalani ini sudah sesuai dengan karep/kehendak-Nya. Atau justeru sebaliknya, kita merasa bahwa selama ini kita menjalani hidup atas dasar kehendak kita sendiri. Kita seperti terlempar ke dunia tanpa pegangan hidup yang pasti.

Agama yang telah kita anut semenjak kecil pun terasa hampa karena hanya dipahami dari segi syariat, aturan, hukum yang terasa kehilangan “jiwa” atau “ruh” agama. Agama (dalam pemahaman kita yang sempit) kadang juga kita rasakan tidak mampu menyediakan jawaban-jawaban bagi masalah hidup sehari-hari yang semakin kompleks. Mental kita sudah tidak bersih lagi. Jalur ruhani kita sudah tidak terhubung dengan jalur ruhani alam semesta. Hidup kita terasa mengambang dan sesak oleh nafsu dan angkara murka.

Untuk mengembalikan jati diri kita sebagai makhluk yang religius, selaras dan serasi dengan dunia batin dan dunia lahir, atau alam semesta metafisik dan fisik sehingga nanti kita mendapatkan anugerah dari Tuhan berupa rasa dekat, rasa tenang, tenteram, sumeleh dan sumarah, polos, jujur, apa adanya serta bebas dari belenggu problem yang menghimpit maka para leluhur menyarankan agar kita melakoni PATIGENI. Yaitu laku/amalan tidak menggunakan “geni” atau api selama tiga hari.

Laku PATIGENI memiliki falsafah yang sangat mendalam. Yaitu mematikan unsur API di dalam tubuh metafisik/psikis/badan astral dan fisik kita. Unsur API adalah unsur Iblis yang membawa manusia pada nafsu-nafsu negatif seperti AMARAH, BENCI, IRI, DENGKI, INGIN MEMILIKI DAN MENGUASAI, MENGALAHKAN, MENAKLUKKAN, bahkan MEMBUNUH. Unsur API yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia akan mengakibatkan dia masuk ke dalam NAAR (NERAKA).

Laku patigeni lebih terasa khusyuk dan meditatif kalau kita lakukan di tempat-tempat yang sunyi dan sepi. Misalnya di dalam gua yang benar-benar gelap tidak ada cahaya yang masuk. Atau di dalam kamar yang sangat gelap hingga tidak ada cahaya yang menerobos ke dalamnya. Sebelum melakukan patigeni, kita diminta untuk mandi hingga bersih dan memakai pakaian yang bersih. Akan lebih baik bila kita mandi dengan air kembang setaman dan ditambah dengan wewangian yang semerbak. Niat juga ditata untuk melakukan pembersihan diri.

Selanjutnya, mulai untuk memasuki kamar atau gua yang telah dipilih sebelumnya. Seluruh lampu/cahaya yang masih ada dimatikan. Kita berada di dalam gelap seperti di alam suwung dan tidak melakukan aktivitas apapun selama tiga hari tiga malam. Tidak makan dan tidak minum. Posisi badan duduk semedi, kalau capek bisa bersandar atau dalam posisi berbaring.

Selanjutnya bacalah rapal yang ada di awal kalimat tadi…..

Fokus pikiran hanya tertuju pada Tuhan Yang Maha Esa. Mengamati jalan masuk dan keluarnya nafas. Saat menarik nafas katakan Hu dalam hati.. saat mengeluarkan nafas mengatakan Allah.

Tiga hari tiga malam, misalnya dimulai pada jam 00.00 WIB dan tiga hari kemudian tepat pukul 00.00 WIB laku itu dihentikan. Selama itu, kita hanya manembah kepada Gusti Allah. Tidak berkomunikasi dengan siapapun kecuali dengan DIRI SEJATI yang terletak di dalam lapisan diri yang paling dalam. Di sanalah nanti kita nanti akan merasakan PANCARAN DIRI TUHAN KE DALAM DIRI MANUSIA.

Apabila dilakukan dengan ikhlas, pasrah dan sumeleh tidak mengharapkan atau mentargetkan apa-apa, maka kita akan benar-benar merasakan seluruh diri kita adalah bagian dari eksistensi Gusti Allah. Petunjuk-Nya yang jelas akan kita dapatkan sehingga kita mampu selalu BERKOMUNIKASI dengan-Nya dimanapun kita berada.

Inilah MODAL TERBESAR hidup manusia, yaitu YAKIN YANG SEYAKIN YAKINNYA BAHWA DIRI KITA SELALU MENDAPATKAN PEMBELAJARAN DARI GURU SEJATI (TUHAN) SECARA LANGSUNG. Dan setelah laku patigeni selesai, kita akan merasakan momentum saat kita terlahir kembali ke dunia ini. Suci seperti bayi yang baru saja dilahirkan dari rahim ibu ke rahim alam semesta.

AYAT KURSI SEBAGAI BENTENG PERTAHANAN

“Allah, tidak ada yang benar disembah hanya Dia yang Hidup dan Maha Kaya, tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur, bagi-Nya sesuatu yang ada di langit dan di bumi, tidak ada yang boleh memberi syafaat kecuali denga izin Nya. Ia maha mengetahui segala apa yang terjadi di hadapan mereka dan dibelakang mereka. Tidaklah mereka meliputi ilmunya kecuali yang dikehendaki-Nya. Lebih luas kursinya dari langit dan bumi. Tidak susah bagi Nya memelihara keduanya. Ia Maha Tinggi dan Maha Besar.”

Ayat Kursi diturunkan pada suatu malam saat Rasulullah berhijrah. Menurut riwayat, ayat kursi ini diturunkan disertai dengan beribu-ribu malaikat sebagai pengantar, karena kebesaran dan kemuliaannya. Kerajaan Iblis menjadi gempar karena ada sesuatu yang menjadi perintang dalam perjuangan mereka menegakkan kejahatan.

Setelah menerima ayat tersebut Rasulullah SAW segera memerintah kepada pencatat Al Quran yaitu Zaid bin Tsabit agar segera menulis dan menyebarkannya.

Ada terdapat sembilan puluh lima buah hadis yang menjelaskan faedah Ayat Kursi. Ayat ini dikenal dengan ayat kursi karena di dalamnya terdapat kata kursi, tempat duduk yang megah lagi yang mempunyai Dzat yang Maha Memiliki Martabat dan Derajat. Yang perlu diperhatikan, tidak tepat memaknai kata kursi ini sebagai tempat duduk Tuhan. Makna yang lebih pas adalah syiar atas kebesaran-NYA.

10 MANFAAT

1. Barang siapa yang membaca ayat Kursi dengan istikomah setiap kali selesai sembahyang fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali masuk ke rumah atau ke pasar, setiap kali masuk ke tempat tidur dan musafir, insyaallah akan diamankan dari godaan syaitan dan kejahatan raja-raja (yang berkuasa di suatu wilayah) yang kejam, diselamatkan dari kejahatan manusia dan kejahatan binatang. Terpelihara dirinya dan keluarganya, anak-anaknya, hartanya, rumahnya dari pencurian, kebakaran dan banjir, gempa bumi dan bencana lainnya.

2. Dalam kitab Ass’arul Mufidah, barang siapa yang mengamalkan ayat kursi dengan membaca sebanyak 18 kali, Inysa Allah ia akan hidup dengan berjiwa tauhid, dibukakan dadanya dengan berbagai hikmah, dimudahkan rezekinya, dinaikkan martabatnya, diberikan kepadanya pengaruh sehingga orang segan kepadanya, diperlihara dari segala bencana dengan ijin Allah SWT.

3. Salah seorang ulama Hindi mendengar dari salah seorang guru besarnya dari Abi Lababah r.a: membaca ayat Kursi sebanyak anggota sujud (7 kali) setiap hari adalah benteng pertahanan Rasulullah SAW.

4. Syaikh Abul ‘Abas al Bunni menerangkan: Barang siapa membaca ayat Kursi sebanyak hitungan kata-katanya (50 kali), di tiupkan pada air hujan kemudian diminumnya, maka Insya Allah akan cerdas akalnya dan akan dipermudah pelajaran yang dihadapinya.

5. Barangsiapa membaca ayat Kursi selepas sholat fardhu, Tuhan akan mengampunkan dosanya. Yang membacanya ketika akan tidur maka dia terpelihara dari gangguan setan, dan bila membacanya ketika marah, maka akan hilang rasa marahnya.

6. Syaikh al Buni menerangkan: barangsiapa yang membaca ayat Kursi sebanyak hitungan hurufnya (170 huruf), maka Insya Allah, dia akan ditolong dalam segala hal dan saat ia menunaikan segala hajat. Melapangkan pikirannya, diluaskan rezekinya, dihilangkan kedukaannya dan diberikan apa yang diinginkannya.

7. Barang siapa membaca ayat Kursi ketika hendak tidur, maka Tuhan mengutus dua malaikat penjaga yang menjaga selama tidurnya sampai pagi hari.

8. Abdurohman bin Auf menerangkan bahwa, apabila masuk rumah dengan membaca ayat Kursi pada empat penjuru rumahnya maka akan diutus penjaga yang melindungi rumahnya dari setan yang terkutuk.

9. Syaikh al Buni menerangkan: siapa yang takut terhadap serangan musuh hendaklah ia membuat garis lingkaran denga menahan nafas sambil membaca ayat Kursi. Kemudian ia masuk bersama jamaahnya ke dalam garis lingkaran tersebut menghadap kearah musuh, sambil membaca ayat Kursi sebayak 50 kali, atau 170 kali, Insya Allah musuh tidak akan melihatnya dan tidak akan mengalahkannya.

10. Dalam kitab Khawasul Qur’an dikatakan oleh Syaikh Kabir Muhyiddin Ibnul Arabi, barang siapa yang membaca ayat Kursi sebayak 1000 kali dalam sehari semalam selama 40 hari, maka demi Allah, demi Rasul, demi al Quran yang mulia, Tuhan akan membukakan baginya hijab ruhani, apa yang dikehendakinya terkabul dan ia diberi derajat yang pengaruh yang tinggi di masyarakat. ***Gus Bay***